Wednesday, November 19, 2014

Biasakanlah

"Kadang kita tidak pernah tau, bahwa hubungan kita telah berlangsung bertahun - tahun tanpa kita sadari. Hubungan kita terus berjalan bahkan tanpa komunikasi dalam waktu yang lama"

Rasanya sudah lama sekali semenjak terakhir kali kau dan aku membuat percakapan seserius ini. Aku masih ingat terakhir kali kita berbicara seserius ini, saat penolakanmu, waktu itu.

"Bagaimana mungkin?" 
Tanyamu, walaupun aku tau kau merasakan hal yang sama, bukan?

"Bagaimana aku tau? aku terlibat didalammnya" 
aku tidak tau pasti menjelaskannya bagaimana, tapi rasanya aku bisa merasakannya, sepertimu.

"Seberapa banyakpun hubungan yang kau jalani, bukan bersamaku, tetap aku ada kan disitu? katakanlah sekelebat

Seberapa manispun hubungan yang kau jalani, bersama orang lain, tetap juga ada aku kan disitu?

Kemudian, seberapa paitpun berakhirnya hubunganmu, dengan siapapun, terkadang kau teringat akanku kan? terkadang, aku tidak meminta sering, ada, bukan?"

"Bagaimana mungkin kau bisa sepercaya diri ini sekarang?" 
gengsimu menjawabku.

"Bagaimana mungkin gengsimu tidak berkurang sedikitpun sampai sekarang?" 

"Jika memang teorimu dirasa benar, akan lebih sederhana jika kita menjalaninya berdua, dari dulu, menurut hematku, bukan?"  
analisamu.

"Tapi rasanya aku lebih memilih sekarang, aku lebih siap untukmu, atau mungkin karena baru sekarang kau bisa menerimaku"
sepertinya aku baru sedikit menjatuhkan martabatku didepanmu, tapi aku tidak keberatan.

"Atau hubungan yang kau bilang tadi memang sebenernya ga pernah ada?"

"Menurutmu begitu?"

"Entahlah, rasanya, imajinasi sekali" 
jawab keras kepalamu.

"Aku tidak tau apa yang sedang Tuhan rencanakan untuk kita, tapi rasanya itu tadi analisa terbaik yang bisa aku pikirkan"

"Kalau kau mulai berbicara soal Tuhan, rasanya aku mulai enggan membantah" 
kau melunak sedikit sekarang

Kau meramahkan sedikit tatapanmu kepadaku, mengelus kembali punggung tanganku dan ini rasanya nyaman sekali.

"Percayalah, kau akan tetap mencoba membantahnya" 
dan aku tidak semudah itu percaya atas kelunakanmu

Kali ini kau diam, menyandarkan kembali kepalamu di pundakku

"Lantas apa yang bisa aku simpulkan?" 
tanyamu lagi

"Aku percaya pertemuan kita kali ini sudah diatur, olehNya, dan Tuhanku, tidak akan mempertemukan kita tanpa tujuan, aku percaya itu" 
Jawaban terbaik yang bisa aku berikan

"Tujuannya baik?" 
nadamu kuatir kali ini

"Selalu, selama kita tetap berusaha back" 
masihkah kau kuatir kali ini?

"Tapi ini enggak mungkin, kau adalah orang yang biasa aku maki2 dulu" 
kau tidak segampang itu memang melepaskan jubah gengsimu

"Mungkin, biasakanlah" 
tegasku

"Aku suka aroma rambutmu" 
kepalamu masih di pundakku, ingat?

"Mulai sekarang, biasakanlah" 
tegasmu.





No comments:

Post a Comment