Sunday, June 2, 2013

Incoming Message

*Incoming message

Kalo masih lama lagi, biar aku cari kontrakan deket – deket sini 
Rere senyum sendiri membaca pesan dari Julian, kemudian membalasnya 
jangan, ga ada yang jualan togel di daerah situ. OTW. 

“Telat jadi budaya sih?!!” “Cerewet jadi budaya sih?!!” saut Rere. Julian memang tidak pernah berhasil berperang mulut dengan Rere sekalipun dia tau dia 100% benar. 

Rere memang yang meminta ketemu Julian, ada yang pengen dia ceritain ke Julian, sahabatnya yang udah 9 tahun bareng. Jenis sahabat yang jika waktu Rere PMS, Julian sebagai korban, waktu Rere lapar, Julian sebagai delivery, waktu Julian sakit, Rere sebagai perawat, dan waktu Julian miskin, Rere sebagai rentenir. 9 tahun bareng bahkan meraka tidak pernah tau kalau mereka punya pertanyaan yang sama dalam hati masing – masing, “apa aku cinta dia?”. 

“Jadi cerita?” nada yang Julian pakai adalah nada kesal yang bertepuk sebelah tangan 
“Jadi” nada dan ekspresi Rere tanpa dosa, sedikitpun. 
“soal serius?” timpal Julian 
“sangat” nada dan ekspresi Rere tanpa dosa, sedikitpun. (diulang) 
“Ga pantes!” Julian mulai jijik mendorong bahu Rere. 

Rere masih sok cool Rere berhenti sejenak, kemudian mulai bicara, “Kau adalah laki – laki paling oke yang aku kenal” nadanya lembut, tapi tatapan Rere melebihi nadanya 
“aku tau” Julian berhak sok cool kali ini. 
“Tampang engga termasuk!” Rere ga akan rela membiarkan Julian diatas angin. “tapi ya, kau laki – laki terbaik yang pernah aku kenal, 9 tahun bareng, enggak sedetikpun pernah menyesal, kecuali waktu kau minjem duit, dan lama bayar biasanya”. 
Julian hanya diam, membiarkan Rere menyelesaikan ceritaya, dia tau sahabatnya ini sedang serius. 
“aku ga pernah nyangka endingya gini, tapi ya memang begini lah sekarang” nada Rere dingin sekali “maksudnya?” Julian masih tidak mengerti apa yang sedang Rere bicarakan, sempai Rere mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya kemudian memberikannya ke Julian, “ini”. 
Julian memandangi kertas yang diberika Rere kepadaya, mereka tidak saling bicara untuk beberapa saat, Rere memandang kosong kedepan, sementara Julian mematung memandangi kertas pemberian Rere. 
“Bulan depan?” tanya Julian 
“ya, bulan depan, dan kau harus hadir untukku, Julian” jawab Rere lirih Julian hanya diam. 

Akhirnya pertanyaan yang selama ini ada dalam hatinya terjawab, dan mungkin pertanyaan dalam hati Rere pun sudah terjawab, “ya, aku cinta dia”.

1 comment: